Mencintai mu merupakan kebahagiaan tersendiri bagiku karena cinta bagiku adalah sepucuk surat dari Tuhan, surat yang harus kita simpan dan jaga dengan baik. Semua orang memang menerimanya tapi tak semua bisa memaknainya dengan benar, tak semua bisa menjaganya, tak semua bisa menyimpannya dengan baik.
Cintaku padamu, entahlah, jika kau bertanya kapan hadirnya perasaan ini aku tak tau akan menjawab apa, karena rasa ini tumbuh begitu saja, tumbuh di tengah kebersamaan ini tanpa ku sadari.
Cintaku padamu, hal yang tak pernah terlintas dalam benakku, tak berani ku bayangkan apalagi pikirkan tapi aku tetaplah manusia biasa, memiliki harapan. Dulu aku sempat merasa kecewa padamu, teramat sangat, terhitung 1 bulan kau sendiri, terhitung sejak saat itu pula perhatian mu padaku menjadi lebih dari sebelum-sebelumnya. Aku, seorang wanita yang dari awal memang mengagumi mu merasa sangat senang dengan hal itu, merasa diperhatikan, di’khusus’kan tapi semua salah besar. Pikiran menduga-duga, bertanya dalam otakku semakin menjadi-jadi, apalagi setelah melihat tingkahmu yang mulai tertutup padaku, terasa aneh dengan sikapmu.
Awalnya aku memang masa bodoh tapi lambat laun keingintahuan ini semakin besar dan tak terbendung, hati ini bertanya ‘ke manakah semua perhatian itu?’ ternyata semua karena dia. Jujur, lebih baik aku tidak tau daripada harus tau hal ini. Saat itu terjadi pertentangan dalam hatiku, benci dan kagum menjadi satu tanpa bisa ku bedakan. Melihatmu, rasa kagumku berteriak senang, karena setidaknya rindu di hati bisa terobati tapi mengingat ‘hal’ itu rasa benciku bermunculan, menyeruak, mengganti posisi kagum itu. Setelah kau pergi, yang ada hanya rasa bersalah, bersalah karena benci itu muncul. Kau membuatku sangat bingung.
Sampai suatu ketika pada malam, entahlah aku lupa, aku memutuskan mengirim pesan padamu, kau tau apa yang terjadi sebelumnya? Yang terjadi adalah rasa sesak, bingung dan takut. Sesak karena sakit itu. Bingung akan menulis apa. Dan takut, ya takut. Takut kau marah karena bagaimanapun saat itu kau adalah ‘sensei’ ku yang amat ku kagumi. Saat itu, aku benar-benar rindu akan dirimu, rindu yang aku tak bisa jelaskan, rindu yang ku anggap terlarang dan saat itu aku menyadari ‘rasa’ ini sudah hadir.
Cintaku padamu, suatu rasa, momen yang unik dalam hidupku. Tak ku sangka sekarang aku bisa bersamamu. Hal yang tak pernah terpikirkan karena memang aku tak berani memikirkannya. Kau, ku kagumi dan sekarang berdiri di sampingku sebagai yang di’khusus’kan. Perjalanan panjang… Mungkin kau sering bertanya, ‘apakah aku kuat dan tak menyesal bersamamu?’ Sesering itu kau bertanya, sesering itu pula aku bertanya ‘berapa kali aku harus mengatakan, aku tak kan menyesal berdiri di sini, di sampingmu?’
Cintaku padamu, hal yang berbeda. Ya, sangat berbeda. Caramu mencintaiku, perlakuanmu padaku, semua berbeda dari yang pernah ku alami sebelumnya. Mengapa? Karena kau lebih dewasa. Bersamamu, aku juga sedikit tidak belajar untuk menjadi dewasa, ku sadari begitu banyak hal yang masih kekanakan dalam diriku walaupun aku sudah menduduki kelas XI. Berusaha merubah itu semua, bersamamu.
Dan terakhir, cintaku padamu, cinta ini, kau dan aku, apa adanya.